Senin, 22 Oktober 2012

Budidaya Udang Windu






 Udang Windu merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia. Rasa udang windu yang manis dan berukuran besar membuat komoditas ini disukai oleh pasar Internasional. Kisaran harga Udang windu bisa mencapai 150 ribu per kilogram untuk isi 10-15 ekor Udang windu. Pemerintah telah meningkatkan target produksi Udang windu pada tahun 2010 mendatang menjadi 377.645 ton setelah tahun 2009 ditargetkan sebesar 123.100 ton (Sumber: Kompas 28/11/09). Ekspor Udang windu saat ini adalah Amerika Serikat, Jepang dan Uni Eropa. Seiring dengan Pola Konsumsi masyarakat dunia yang lebih menyukai makanan organik, maka hasil budi daya udang windu dengan pola pemeliharaan organik membuat udang windu memiliki peluang yang besar diterima pasar.

Persyaratan Budi Daya Udang Windu
Udang windu merupakan hewan yang cocok dipelihara pada lahan tambak di daerah sepanjang pinggir pantai dengan tekstur tanah liat atau tanah liat berpasir supaya dapat menahan air.Suhu air berkisar antara 26 sampai 30 derajat Celcius, salinitas 15-30 ppt. Selain itu lokasi tambak Udang windu diupayakan steril dari zat-zat kimia pencemar, termasuk bakteri coli yang sering dijumpai pada lokasi dekat WC. Maka diupayakan WC berada jauh dari areal tambak. Udang windu bebas zat kimia akan mudah diterima pasar eksport.

Persiapan Lahan Tambak Udang Windu
Persiapan tambak Udang Windu bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan,dan produktivitas lahan, dengan mengeliminasi faktor-faktor yang tidak mendukung kelangsungan hidup udang dan mengoptimalkan beberapa faktor yang memberikan dukungan bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang windu.
Konstruksi tambak udang windu diupayakan mampu menahan air, mampu membuang air limbah, mampu memelihara kualitas air, dan tambak dapat dikeringkan dengan mudah dan sempurna. Tanah dasar tambak harus dalam kondisi yang sesuai untuk kehidupan
dan pertumbuhan udang. Hal ini karena sebagian besar waktu hidup dan mencari makan udang berada di tanah dasar tambak. Untuk mengupayakan hal tersebut persiapan lahan untuk menebar udang windu meliputi kegiatan:
-          Pengeringan Lahan, bertujuan agar gas-gas sisa metabolit dapat menguap.
-          Pembalikan tanah pada Tambak, ini dilakukan untuk menyempurnakan proses oksidasi pada tanah.
-          Pengapuran dilakukan bila PH tanah kurang dari 6.0
-          Pemupukan dengan pupuk organik, untuk menjamin ketersediaan pakan alami bagi udang windu.

Pengairan Tambak Udang Windu
Setelah lahan tambak bagi Udang windu siap digunakan saatnya memberikan pangairan pada tambak. Hal yang perlu diperhatikan adalah sumber air harus bebas dari polutan berbahaya dan tidak memungkinkan masuknya hama pada udang windu. Pada pintu masuk air menuju tambak perlu diberi penyaring terlebih dahulu. Penting juga dilakukan biofiltrasi pada air tambak, dengan biofiltrasi air akan disaring secara alami sehingga kondisi air benar-benar bersih dan sehat. Biofiltrasi bisa memanfaatkan tanaman bakau dan tanaman lainnya yang akan menyerap residu beracun pada air.

Pemilihan Bibit Udang Windu
Benih Udang windu dipilih berdasarkan beberapa syarat berikut :
-          Warna : warna tubuh transparan, kecoklatan atau kehitaman, punggung tidak berwarna keputihan atau kemerahan.
-          Gerakan : gerakan berenang aktip, menentang atau menyongsong arus, cenderung mendekat ke arah cahaya (fototaksis positif).
-          Kesehatan dan kondisi tubuh : kondisi tubuh benur yang sehat setelah mencapai ukuran PL 10 organ-organ tubuhnya lengkap, maxilla, mandibulla, antenulla dan ekor membuka, hepato pancreas transparan, usus penuh dan gelap.
-          Responsif terhadap rangsangan : benur akan menjentik menjauh dengan adanya kejutan atau jika wadah sampel benur diketuk, dan akan berenang mendekati sumber cahaya jika ada rangsangan cahaya, serta responsip terhadap pakan yang diberikan .

Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari untuk menghindari stress dengan terlebih dahulu meletakkan kantong benih di pojok tambak secara perlahan-lahan.

Pengaturan pemberian pakan
a.       Penghitungan jumlah pakan bisa dilakukan dengan FCR balik yaitu dengan membagi FCR yang sudah ditargetkan dengan membagi masing – masing bulan (bulan I – IV).
b.      Pemberian pakan pada benih yang baru ditebar dihitung sebagai contoh 100.000 PL X 0,01 gr = 1.000 gr. Untuk tambak yang gersang (miskin pakan alami) diberikan 100% biomass setiap kali makan (1 kg). Untuk tambak yang kaya akan zooplankton pemberian 50% biomass.
c.       Cara pemberian pakan, pada bulan awal pemeliharaan pakan dalam bentuk crumble, maka perlu dibasahi sedikit agar tidak tertiup angin, serta mudah tenggelam ke dalam air.

Pemberian pakan dapat ditambahkan atau dikurangi dari pakan yang seharusnya apabila berada pada kondisi sebagai berikut :
a.       5 – 7 hari menjelang purnama pakan ditambah 10%.
b.      Pada saat purnama atau kondisi moulting massal yang ditandai dengan banyaknya cangkang yang ditemui dipermukaan air atau di ancho, maka pakan dikurangi sebanyak 10 – 20%.
c.       Pada saat suhu kurang dari 250 C (pada kondisi dini hari/musim bediding sekitar Juli – September di pulau Jawa) pakan dikurangi 30%.
d.      Penurunan kualitas air seperti : pH lebih dari 8,9; alkalinitas kurang dari 100 ppm; oksigen kurang dari 2,5 ppm pakan diberikan sesuai dengan laju konsumsi di anco dan aktivitas udang mencari pakan disepanjang pematang (Tabel 13). Bila didapati kelompok ukuran udang yang berbeda pada bulan kedua atau ketiga, udang besar diberi pakan sesuai dengan prosentase populasinya, setengah jam kemudian diberikan untuk porsi udang yang kecil. Cara kedua pakan dibagi atas porsi masing–masing ukuran dan diberikan serentak.



Panen Udang Windu

Udang windu dapat dipanen pada usia sekitar 4 bulan.Panen sebaiknya dilakukan pada malam hari agar udang yang dipanen tidak cepat rusak karena suhu tinggi. Sebagai konsekuensinya sarana penerangan harus disediakan dalam jumlah yang cukup. Apabila konstruksi tambak ideal, dan sarana panen mencukupi maka panen dapat dilakukan setiap saat sesuai dengan kebutuhan.

Analisis Usaha Udang Windu

I. Investasi
Sewa tambak (1,5 ha/th) 1,5 @ 3.000.000,                            = 4.500.000,-
Pompa 6” lengkap 2 unit @ 4.500.000,                                  = 9.000.000.-
Kincir berangkai 2 unit @6.000.000,                                      = 12.000.000,-
Peralatan lapangan (jala, ember dll)1 paket @1.000.000,-     = 1.000.000,-
Perbaikan konstruksi tambak 1,5 hektar @ 2.000.000,-         = 3.000.000,-

Jumlah
          129.500.000,-


II. Biaya Operasional (siklus/5 Bulan)
a.       Biaya Tetap

Sewa tambak (1 ha/siklus)
                                   = 2.250.000,-
Penyusutan pompa (10%/siklus)                           = 1.700.000,-
Penyusutan kincir (10%/siklus)                             = 2.500.000,-
Penyusutan peralatan lapangan (25%/siklus)        = 250.000,-
Penyusutan kontruksi tambak (25%/siklus)          = 750.000,-

Jumlah IIa 7.450.000,-


b. Biaya Tidak Tetap
Persiapan lahan 1,5 ha @ 1.000.000,                    = 1.500.000,-
Benih 300.000 ekor @35                                      = 10.500.000,-
Pakan 7.000 kg @9.200,                                       = 64.400.000,-
Probiotik 200 liter@ 40.000                                 = 8.000.000,-
Kaporit 70 galon @135.000,-                               = 9.450.000,-
Inokulan plankton 20 ton @35.000,                     = 700.000,-
Pupuk an organik 200 kg @ 1.600,-                     = 320.000,-
Kapur 2.000 kg @450,                                         = 900.000,-
BBM (kincir, pompa dll) 5.000 liter@ 5.000,       = 25.000.000,-
Tenaga kerja (2 x 5 orang) 10 OB @750.000,-     = 7.500.000,-
Biaya panen 2 unit @1.000.000,-                         = 2.000.000,-

Jumlah II b 130.270.000,-

Total biaya operasional (IIa+IIb) Per siklus (5 bulan) 130.270.000,-
Per tahun (2 siklus) 260.540.000,-

III Produksi
Kelangsungan hidup 65% ukuran panen 35 gram/ekor, harga jual Rp. 50.000,-/kg,
produksi 2 kali pertahun Pendapatan dari produksi :

65% x 300.000 ekor x 35 gram (persiklus) 4.875 kg 50.000,- 243.750.000,-
Per tahun 2 siklus 9.750 kg 50.000,- 487.500.000,-

IV Suku bunga investasi per tahun 20 % 5.900.000,-

V. Keuntungan bersih sebelum pajak
Per hektar/sikuls 113.480.000,-
Per hektar/tahun (2 siklus) 226.960.000,-

VI. Rentabililitas ekonomi 78%

VII. B/C Ratio 1.87

VIII. Pay back periode(tahun) 1.2

Dinilai dari rentabilitas ekonomi (78% > 20%) dan B/C ratio (1,87 > 1), maka usaha budidaya udang windu intensif layak dilakukan. Tentu saja harus menerapkan
keseluruhan standar prosedur yang dipersyaratkan.




Sumber : DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA BALAI BESAR PENGEMBANGAN BUDIDAYA AIR PAYAU JEPARA

BUDIDAYA KEPITING LUNAK (SHOFT SHEEL)


Persyaratan  dan persiapan lokasi/tambak

         Lokasi MUDAH terjangkau
         Kolam bebas predator (ikan buas) dan udang liar.
         Kondisi perairan budidaya teduh
         Salinitas 15 – 30 ppt.
         Suhu air  26 – 32 Oc.
         Nilai pH berkisar antara 7,5 – 8,5
         Kolam bebas dari pencemaran.
         Kedalaman kolam pemeliharaan 100 – 120 cm.
         Budidaya kepiting SOKA  dapat di lakukan pada bak dan tambak tradisional yang sudah tidak produktif.

BAHAN
o   Kepiting dewasa
o   Keranjang plastik bekas buah
o   Bambu
o   Papan
o   Lembaran sterefoam
o   Kayu broti
o   Baskom/ember
o   Kotak sterefoam
o   Penerangan listrik
o   Tali nilon
o   Tali plastik.




WADAH PEMELIHARAAN

         Menggunakan keranjang plastik bekas buah 45 cm x 35 cm
         Kurungan yang terbuat dari bilah bambu dengan ukuran 40 x 100 cm.
         keranjang disekat dengan bambu menjadi 8 bagian dengan tiap tiap sekat berukuran  12 x 15 cm,
         Keranjang di beri plampung Kedalaman 10 – 15 cm dari permukaan air.
         Untuk mempermudah dalam pengontrolan dan pemberian pakan dibuat jembatan/ titian
         Keranjang diikat satu sama lain dan ditempatkan dibawah jembatan/titian yang telah dipasang sebelumnya.



SELEKSI BIBIT


         Ukuran/berat antara 60 – 150 gram/ekor.
         Kepiting yang mempunyai ukuran 200 gram keatas kurang efektif untuk dipelihara.
         Sehat dan tidak cacat/luka dibagian perut.
         Kepiting yang digunakan sebaiknya warna hijau.
         Menunjukkan tingkah laku yang agresif untuk menghindar atau melawan bila akan dipegang.




TEKNIK PEMATAHAN CAPIT DAN KAKI JALAN

        Sediakan air asin dalam ember atau baskom
    Pematahan capit lebih awal dilakukan dengan cara memegang kedua capit sambil dicelupkan/rendam kedalam ember/baskom yang berisi air asin sambil  digerak gerakkan hingga lepas.
    Pematahan kaki jalan (jari – jari kaki) dengan cara memegang sambil dipencet pada tiap pangkal keempat kaki jalan sehingga akan terlepas dengan sendirinya.
   Capit dan kaki jalan yang masih bandel (tidak mau patah) sebaiknya jangan dipaksakan, untuk  menghindari kematian.
         Hindari penggunaan pisau atau paku untuk  melepas capit dan kaki jalan.
     Kepiting yang sudah dipatahkan capit dan jari – jari kakinya, siap untuk dimasukan kedalam wadah  budidaya dengan kepadatan 1 ekor kepiting/sekat.


PAKAN
     Pakan ikan rucah segar maupun kering dalam jumlah yang cukup, umumnya menyukai makanan yang masih segar, dagingnya tidak mudah hancur dan berbau merangsang (amis).
      Pakan potong – potong hingga berukuran 1 – 1,5 cm, satu ekor kepiting mendapat jatah satu potong ikan rucah.
         Dosis pemberian pakan 10 – 15 % / hari    Frekwensi satu kali sehari yaitu pada waktu sore antara jam 17.00 – 18.00.


PANEN

         Proses pemeliharaan sampai panen 15 – 25 hari   tumbuhnya capit dan jari – jari kaki jalan,
         Panen dilakukan dengan cara selektif
         Panen kepiting dilakukan setiap 6 jam sekali.
         Kepiting yang telah dipanen kemudian dibungkus satu persatu dengan plastik gula yang steril,
      Proses penyimpanan kepiting sangkak sebaiknya mengunakan sterofoam kotak dalam keadaan    lembab dibagian bawah kotak dibuat berlubang,
         pada kondisi seperti ini bisa bertahan selama    24 – 48 jam.